Friday, October 28, 2022

Review Buku Usman bin Affan : antara kekhalifahan dengan kerajaan

 

Nama   Pereview        : Isman Ibrahim M., S.Pd

Sekolah                        : SMP Pataruman

Judul Buku                 : Usman bin Affan: antara kekhalifahan dengan kerajaan

Penulis                         : Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph.D.

Penerbit                       : Tintamas Indonesia

Halaman                      : 145

“Umatku yang benar benar pemalu adalah Usman.”(Hadist Syarif).

Usman bin Affan merupakan khalifah ke-tiga setelah Rasulullah SAW wafat. Kecintaan pembaca pada sejarah kegelimangan Islam memunculkan keinginanan untuk mengenal lebih jauh tentang sahabat rasul ini. Itulah alasan terbaik pembaca memilih buku yang baik ini.

Penulis buku ini lebih menitik beratkan pada kehidupan politik seorang Usman bin Affan. Usman lahir pada tahun ke-6 tahun gajah. Lebih muda dari Rasulullah. Usman dibaiat menjadi khalifah saat memasuki usia 70 tahun. Ia dipilih dalam majelis syura setelah Umar bin Khattab terbunuh.  Usman merupakan khalifah yang bijak dan sangat hati hati dalam memutuskan suatu perkara. Pribadinya tidak keras seperti khalifah sebelumnya. Banyak jasa yang beliau torehkan untuk Islam yang digambarkan dalam buku ini diantaranya: Pembuatan penyeragaman Qira’at Al-Qur’an lewat Mushaf Usman, pembentukan Armada Angkatan Laut pertama Islam, menegakan hukum terhadap para pemberontak dan penunggak zakat, dan perluasan wilayah yang mengakibatkan pengaruh Romawi dan Persia semakin meredup selama pemerintahan Khalifah Usman bin Affan. Selama periode kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, hanya Usman sebagai khalifah yang tidak pernah mengambil gajihnya dari Baitul Mal. Kekayaannya banyak ia curahkan dalam perkembangan Islam. Beliau wafat karena dibunuh secara tragis dan diganti oleh khalifah terakhir Ali bin Abi Thalib.

Dengan membaca buku ini kita dapat mengambil teladan yang dicontohkan oleh seorang Khalifah Usman bin Affan. Kepribadian sederhana, dermawan dan bijak dalam memimpin. Menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dan tidak mengedepankan kekerasan merupakan pola memimpin yang baik. Tidak mudah percaya pada suatu berita baru dan pengecekan kembali agar tidak terjadinya suatu fitnah juga diamanatkan dalam buku ini. 



No comments:

Post a Comment